0
KETERAMPILAN BERBICARA
Posted by Unknown
on
03.18
in
Bahasa Indonesia
KETERAMPILAN BERBICARA
A.
Hakikat Berbicara
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 196) tertulis bahwa
berbicara adalah “berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat (dengan
perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding”.
Berbicara secara umum dapat diartikan suatu
penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang
lain(Depdikbud, 1984:3/1985:7). Pengertiannya secara khusus banyak dikemukakan
oleh para pakar. Henry Guntur Tarigan (2008:16), mengemukakan berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan sebagai bentuk atau
wujudnya berbicara disebut sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan
gagasan-gagasan serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang
pendengar atau penyimak.
Sty Slamet (2007:12) menjelaskan bahwa berbicara adalah kegiatan mengekspresikan
gagasan, perasaan, dan kehendak pembicara yang perlu diungkapkan kepada orang
lain dalam bentuk ujaran. Sedangkan menurut Sabarti Ahdiah (1992:3) berbicara
adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Selanjutnya
Nurhatim (2009:1) berbicara adalah bentuk komunikasi verbal yang dilakukan
manusia dalam rangka pengungkapan gagasan dan ide yang telah disusun dalam
pikiran.
Menurut Tarigan (1983:15) memberikan batasan bahwa berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Sedangkan sebagai bentuk atau wujudnya berbicara tersebut sebagai suatu alat
untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
Menurut Mulgrave (1954:3-4) mengemukakan pendapat bahwa berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau kata-kata untuk mengekspresikan
pikiran. Jadi pada hakikatnya berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan
seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa.
B.
Komponen Berbicara
Menurut Tarigan (1990:157),
butir-butir atau komponen yang selalu terlibat dan mempengaruhi pembicaraan
adalah :
1. Pembicara;
2. Pembicaraan;
3. Penyimak;
4. Media;
5. Sarana penunjang;
6.
Interaksi.
C. Tujuan Berbicara
Tujuan utama berbicara adalah
menyampaikan pesan kepada orang lain (pendengar). Tujuan tersebut dapat
diperinci lebih lanjut menjadi:
1. Untuk menghibur
Contoh : para pelawak
2. Untuk menginformasikan
Contoh : penceramah, penyiar
3. Untuk menstimulasikan
Contoh : guru yang membangkitkan inspirasi murid, kemauan,minat, semangat.
4. Untuk meyakinkan
Contoh : pembaca iklan, pidato penyuluhan
5. Untuk menggerakkan
Contoh : juru kampanye
D. Konsep Dasar Berbicara
a. Berbicara dan menyimak adalah dua keterampilan
resiprokal
b. Berbicara adalah proses individu berkomunikasi
c. Berbicara ekspresi kreatif
d. Berbicara adalah tingkah laku
e. Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari
f. Berbicara distimulasikan oleh pengalaman
g. Berbicara adalah alat memperluas cakrawala
h. Berbicara berkaitan erat dengan kemampuan
linguistik dan lingkungan
i. Berbicara adalah pancaran pribadi
E. Jenis-jenis Berbicara
Berikut ini adalah penjelasan
mengenai jenis-jenis berbicara:
a. Jenis Berbicara Berdasarkan
Situasi Pembicaraan
Berdasarkan situasi pembicaraan, berbicara dibedakan atas berbicara formal
dan berbicara infomal. Berbicara informal meliputi bertukar pengalama,
percakapan, penyampaian berita, dan memberi petunjuk. Adapu berbicara formal
meliputi ceramah, perencanaan dan penilaian, wawancara, debat, diskusi, dan
bercerita dalam situasi formal.
b. Jenis Berbicara Berdasarkan
Tujuan Pembicara
Tujuan pembicara pada umumnya dapat
diklasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu (1) berbicara untuk menghibur, (2)
berbicara untuk menginformasikan, (3) berbicara untuk menstimuli, (4) berbicara
untuk meyakinkan, (5) berbicara untuk menggerakkan. Berbicara untuk menghibur
biasanya bersuasana santai. Disini pembicara berusaha membuat pendengarnya
senang dan gembira. Saat menginformasikan sesuatu kepada khalayak, pembicara
berusaha berbicara secara jelas, sistematis, dan tepat agar isi informasi
terjaga keakuratannya. Jenis berbicara ini banyak dipraktikkan dalam kehidupan
sehari-hari. Jenis berbicara menstimuli jauh lebih kompleks daripada berbicara
menghibur dan menginformasikan. Disini pembicara harus pandai mempengaruhi
pendengar sehingga akhirnya pendengar tergerak untuk mengerjakan hal-hal yang
dikehendaki pembicara. Pembicara biasanya secara sosial berstatus lebih tinggi
daripada pendengarnya. Pembicara biasanya berusaha membangkitkan semangat
pendengarnya sehingga ia bekerja lebih tekun atau belajar lebih baik.
Jenis berbicara untuk meyakinkan merupakan tahap
yang lebih jauh dari berbicara untuk menstimuli. Disini pembicara bertujuan
meyakinkan pendengar lewat pembicaraan yang meyakinkan, sikap pendengar akan
diubah, misalnya dari menolak menjadi menerima. Dalam hal ini, pembicara
biasanya menyertakan bukti, fakta,contoh, dan ilustr asi yang tepat.
Adapun jenis berbicara menggerakkan meupakan
kelanjutan dari jenis berbicara meyakinkan. Jenis berbicara menggerakkan
bertujuan menggerakkan pendengar/khalayak agar bertujuan menggerakkan pendengar
agar mereka berbuat dan bertindak, seperti yang dikehendaki pembicara. Disini
diperlukan keterampilan berbicara yang tinggi, kelihaian membakar emosi,
kepintarannya memanfaatkan situasi, dan penguasaan terhadap massa.
c. Jenis Berbicara Berdasarkan
Jumlah Pendengar
Berdasarkan jumlah pendengar, jenis berbicara ini
dibedakan atas berbicara antarpribadi, berbicara dalam kelompok kecil,dan
berbicara dalam kelompok besar. Berbicara antarpribadi terjadi bila seseorang
berbicara dengan satu pendengar (empat mata). Suasana pembicaraan yang melatari
sangat bergantung dua pribadi yang terlibat serta isi pembicaraan.
Berbicara dalam kelompok kecil terjadi apabila ada sekelompok kecil (3-5
orang) dalm pembicaraan itu. Berbicara dalam kelompok kecil ini sangat bagus
untuk pembelajaran bahasa atau untuk siswa yang malu berbicara. Kelompok kecil
akan memungkinkan siswa yang pemalu menjadi mau berbicara. Adapun berbicara
dalam kelompok besar terjadi apabila pembicara berhadapan dengan pendengar
dalam jumlah yang besar. Misalnya, mengajar dengan jumlah siswa yang cenderung
banyak.
d. Jenis Berbicara Berdasarkan
Peristiwa Khusus yang Melatari Pembicaraan
Jenis berbicara ini dapat diklasifikasikan menjadi 6 (enam) macam, yaitu
pidato presentasi, penyambutan, perpisahan, jamuan, perkenalan, dan nominasi.
Contoh pidato presentasi adalah pidato yang dilakukan saat pembagian hadiah.
Contoh pidato penyambutan adalah pidato yang berisi sambutan umum yang menjadi
inti acara. Contoh pidato perpisahan adalah pidato yang berisi kata-kata
perpisahan pada saat acara perpisahan atau pada saat penutupan suatu acara.
Contoh pidato jamuan adalah pidato yang berisi ucapan selamat, doa kesehatan
untuk tamu, dsb. Contoh pidato perkenalan adalah pidato yang berisi
memperkenalkan diri kepada khalayak. Contoh pidato nominasi adalah pidato yang
berisi pujian dan alasan mengapa sesuatu ini dinominasika (diunggulkan).
e. Jenis Berbicara Berdasarkan
Metode Penyampaian Berbicara
Berdasarkan metode penyampaian, ada 4 (empat) jenis
berbicara yaitu metode mendadak (impromptu), metode tanpa persiapan (ekstemporan),
metode membaca naskah, dan metode menghafal (Keraf, 1980:316, Dipodjono,
1982:38-39, Tarigan, 1983:24-25).
Penyajian dengan metode mendadak, terjadi bila
ecara tiba-tiba seseorang diminta berbicara di depan khalayak (tidak ada
persiapan sama sekali). Dalam hal ini sebaiknya pembicaraan dikaitkan dengan
situasi dan kondisi yang melatari pertemuan pada saat itu.
Adapun yang dimaksud dengan metode tanpa persiapan
adalah tanpa adanya persiapa naskah. Jadi, pembicara masih mempunyai waktu yang
cukup untuk membuat persiapan-persiapan khusus yang berupa kerangka pembicaraan
atau catatan-catatan penting tentang urutan uraian dan kata-kata khusus yang harus
disampaikan. Apabila pembicara akan menyampaikan suatu pernyataan kebijakan
atau keterangan secara tertib dalam pidato-pidato resmi, pidato kenegaraan,
dsb. Metode membaca naskah yang paling banyak digunakan.
Adapun metode menghafal menunjukkan bahwa pembicara
sudah mengadakan perencanaan, membuat naskah, dan menghafal naskah. Apabila
pembicara hanya sekadar mengucapkan apa yang ia hafalkan tanpa menghayati dan
menjiwai apa yang diucapkan serta tidak berusaha untuk menyesuaikan diri dengan
istilah dan kondisi yang melatari pembicaraan itu, dapat dipastikan bahwa
pembicaraan itu menjadi tidak menarik, membosankan, dan meletihkan pendengar.
Sebaliknya, ada juga pembicara yang berhasil dengan metode ini. Hal ini terjadi
karena pembicara tanggap terhadap situasi dan kondisi yang melatari
pembicaraan.
F. Faktor-faktor Penunjang Keterampilan Berbicara
Berbicara di depan umum
memerlukan teknik-teknik tertentu. Penguasaan teknik yang digunakan untuk
menyajikan pikiran dan gagasan merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh
calon pembicara. Beberapa syarat yang dimaksud dalah sebagai berikut :
1. Memiliki Keberanian dan Tekad
yang Kuat
Keberanian merupakan hal yang sangat mendasar. Tanpa keberanian atau
keberanian yang setengah-setengah akan megakibatkan kacaunya pembicaraan. Hal
lain yang perlu dimiliki pembicara adalah keyakinan atau tekad yang kuat. Tekad
yang kuat akan menghilangkan keraguan dan menambah kepercayaan terhadap diri
sendiri.
2. Memiliki Pengetahuan yang Luas
Seorang pembicara harus menguasai materi yang akan dibicarakan sehingga
dapat menyampaikan gagasan-gagasan secara lancar dan teratur.
3. Memahami Proses Komunikasi Massa
Untuk memahami proses komunikasi massa, pembicara dapat mengawali dengan
analisis pendengar dan situasi yang akan membantu pembicara agar dapat bereaksi
dengan cepat dan tepat.
4. Menguasai Bahasa yang Baik dan
Lancar
Jika pembicara menguasai bahasa dengan baik dan lancar, otomatis akan
mempunyai perbendaharaan kosakata yang memadai dengan kosakata yang memadai,
pembicara akan mampu berimprovisasi dengan baik pula. Tanpa bahasa yang baik
dan lancar, seseorang akan gagal berbicara karena bahasa yang kacau dan tidak
mampu mewakili gagasan-gagasan akan mengganggu penyampaian pesan dalam pidato.
Penguasaan bahasa tersebut termasuk lafal, singkatan, istilah, dan sebagainya.
5. Pelatihan yang Memadai
Pelatihan merupakan syarat yang mutlak dalam
berbicara di muka umum, khususnya untuk para pemula. Pelatihan yang memadai
akan semakin meninggikan nilai pembicaraan karena secara umum dapat disimpulkan
bahwa sesuatu yang terencana menghasilkan kualitas yang lebih baik.
G. Relevansi Berbicara dengan Keterampilan Bahasa Lainnya
Aspek-aspek keterampilan bahasa lainnya yang berkaitan dengan keterampilam
berbicara adalah menyimak, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut
berkaitan erat, antara berbicara dengan menyimak, berbicara dengan menulis, dan
berbicara dengan membaca.
a.
Hubungan Berbicara dengan Menyimak
Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang
berbeda namun berkaitan erat dan tak terpisahkan. Kegiatan menyimak didahului
oleh kegiatan berbicara. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan
berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi,
bertelepon, tanya-jawab, interview, dan sebagainya.
Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi,
tidak ada gunanya orang berbicara bila tidak ada orang yang menyimak. Tidak
mungkin orang menyimak bila tidak ada orang yang berbicara. Melalui kegiatan
menyimak siswa mengenal ucapan kata, struktur kata, dan struktur kalimat.
Keterampilan berbicara menunjang keterampilan
bahasa lainnya. Pembicara yang baik mampu memberikan contoh agar dapat ditiru
oleh penyimak yang baik. Pembicara yang baik mampu memudahkan penyimak untuk
menangkap pembicaraan yang disampaikan.
Berbicara dan menyimak merupakan kegiatan berbahasa
lisan, dua-duanya berkaitan dengan bunyi bahasa. Dalam berbicara seseorang
menyampaikan informasi melalui suara atau bunyi bahasa, sedangkan dalam
menyimak seseorang mendapat informasi melalui ucapan atau suara.
Berbicara dan menyimak merupakan
dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan, kegiatan berbicara selalu disertai
kegiatan menyimak, demikian pula kegiatan menyimak akan didahului kegiatan
berbicara. Keduanya sama-sama penting dalam komunikasi.
b. Hubungan Berbicara dengan Membaca
Berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana,
dan fungsi. Berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan
dan berfungsi sebagai penyebar informasi. Membaca bersifat reseptif melalui
sarana bahasa tulis dan berfungsi sebagai penerima informasi.
Bahan pembicaraan sebagian besar
didapat melalui kegiatan membaca. Semakin sering orang membaca semakin banyak
informasi yang diperolehnya. Hal ini merupakan pendorong bagi yang bersangkutan
untuk mengekspresikan kembali informasi yang diperolehnya antara lain melalui
berbicara.
c. Hubungan
Berbicara dengan Menulis
Kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis bersifat
produktif-ekspresif. Kedua kegiatan itu berfungsi sebagai penyampai informasi.
Penyampaian informasi melalui kegiatan berbicara disalurkan melalui bahasa
lisan, sedangkan penyampaian informasi dalam kegiatan menulis disalurkan
melalui bahasa tulis.
Informasi yang digunakan dalam berbicara dan
menulis diperoleh melalui kegiatan menyimak ataupun membaca. Keterampilan
menggunakan kaidah kebahasaan dalam kegiatan berbicara menunjang keterampilan
menulis. Keterampilan menggunakan kaidah kebahasaan menunjang keterampilan
berbicara.
Sumber:
TW. Solhan. 2009. Materi Pokok
Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
http://nannyes.blogspot.com/2013/06/keterampilan-berbicara.html/,
diakses 10 Januari 2014/17:59
Posting Komentar